Awanama 12/12/2020 (Sat) 12:40:46 No.5030 del
>Berbicara soal PTN dan PTS, Asumsi.co berkesempatan mewawancarai Aurelia Vizal, duta Generasi Melek Politik yang baru saja mendaftarkan dirinya ke sebuah PTS. Aurelia merupakan satu dari sekian banyak yang memilih untuk tidak mengikuti seleksi masuk PTN dan langsung mendaftarkan diri ke PTS yang diinginkannya.

>“Selain malas ikut SNMPTN dan SBMPTN, soal-soalnya juga bikin harus belajar lagi. Harus belajar untuk Ujian Sekolah, Ujian Akhir, terus buat UN, masa harus ditambah buat belajar SBMPTN,” ujar Aurelia ketika ditemui Asumsi.co, Rabu (10/7).

>Menurut Aurelia, seharusnya mekanisme pendaftaran PTN Indonesia mengikuti sistem yang banyak dipakai di negara-negara Barat. Jadi, calon mahasiswa tidak harus mengikuti ujian yang terstandarisasi dan hanya perlu menyertakan berkas-berkas yang ditentukan oleh perguruan tinggi saja.

>Salah satu yang menjadi alasan Aurelia memilih PTS adalah karena preferensi personal yang dimilikinya. Ia ingin berkuliah di kampus yang kelasnya tidak terlalu besar dan memiliki jam yang lebih fleksibel. Keleluasaan ini belum tentu didapatkannya di PTN.

>Selain itu, masalah biaya dan kemungkinan kembali bekerja di Indonesia menjadi alasan lain yang membuat ia lebih memilih untuk tidak memilih PTS di luar negeri.

>“Pilihnya dalam negeri, karena lebih murah, dan biaya hidupnya enggak lebih mahal, sama nanti kan pasti balik-balik kerjanya di sini, jadi nyari yang di sini aja dulu,” ujar Aurelia.

>Aurelia mengatakan bahwa PTS juga memiliki independensi pemerintahan, termasuk independen dalam menentukan sistem pembelajaran yang ingin diterapkan.

>“Kalau misalkan mau ada perubahan, PTN itu lebih ribet karena ada birokrasinya, kan,” kata Aurelia.

>“Urusan sama pemerintah emang agak ribet. Kalau misalkan PTS dituntut berubah, misalkan sistem pembelajarannya atau kurikulumnya, bisa langsung berubah.”

Message too long. Click here to view full text.